Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Gambaran Keadaan Paru-Paru Pasien Terkena COVID-19

Gambaran Keadaan Paru-Paru Pasien Terkena COVID-19


Pandemi coronavirus (COVID-19) sudah menebar dari Wuhan, Tiongkok, sampai ke beberapa negara di Asia, Eropa, sampai Amerika Serikat. Beberapa periset juga repot mempelajari segala hal mengenai virus ini, terhitung keadaan paru pasien yang terkena COVID-19. Ini gambarannya.


COVID-19 sampai ini hari sudah menelan lebih dari 1.700 korban jiwa dan mengakibatkan sekitaran 71.000 kasus ini sedang ditelaah oleh beberapa pakar di beberapa negara. Salah satunya riset itu tersangkut keadaan paru pasien coronavirus COVID-19.


Bagaimana keadaan paru pasien yang terkena virus yang disebut serupa dengan SARS dan MERS-CoV ini?


Keadaan paru pasien coronavirus COVID-19

Sebagian pasien yang menanggung derita COVID-19, virus ini ada dan usai di organ badan yang serupa, yakni paru-paru. Ini karena pandemi diperkirakan datang dari trenggiling dan satwa liar yang lain ini terhitung virus yang serang aliran pernafasan.


Sebetulnya, COVID-19 nyaris serupa dengan SARS-CoV ingat ke-2 nya ada pada sebuah payung virus yang serupa, yakni coronavirus.


Sesudah pandemi SARS usai, WHO memberikan Situs Slot laporan jika penyakit ini serang paru dalam tiga babak, yakni:


simulasi virus

hiper-reaktivitas imun

kerusakan paru

Walau begitu, tidak seluruhnya pasien hadapi ke-3 babak di atas. Kenyataannya, cuman ada 25% pasien SARS yang alami kesusahan bernapas.


Keadaan yang sama dengan berlaku pada COVID-19. Berdasar sebagian laporan pada awal pandemi coronavirus diawali, tanda-tanda COVID-19 tidak begitu berat, alias enteng pada 82% kasus, bekasnya pada keadaan kronis atau krisis.


Dalam pada itu, menurut riset dari jurnal Radiological Society of North America, keadaan paru pada pasien coronavirus COVID-19 rupanya mempunyai bintik putih didalamnya.


Beberapa periset ketahui keadaan itu lewat pengecekan CT scan. Mereka yang jalani pengecekan itu sebagai pasien yang memperlihatkan tanda-tanda seperti pneumonia.


Dari CT scan itu kelihatan ada bintik putih pada paru pasien yang terkena coronavirus COVID-19. Bintik putih itu dikatakan sebagai ground glass opacity (GGO) dan umumnya diketemukan pada subpleural di lobus bawah.


Ada bintik putih itu mengisyaratkan jika pasien mempunyai cairan pada rongga parunya. Cairan ini sebetulnya tidak khusus untuk COVID-19 saja, tetapi pada infeksi yang lain.


Oleh karenanya, beberapa pakar masih perlu mempelajari mengenai cairan atau bercak di paru pasien COVID-19. Dalam riset ini memperlihatkan jika pasien yang pulih dari pneumonia COVID-19 memperlihatkan keadaan yang cukup kronis. Keadaan kronis itu ada sekitaran 10 hari sesudah tanda-tanda awalnya dari coronavirus.


Selanjutnya, saat telah jalani penyembuhan dan pengecekan CT scan sesudah 14 hari timbulnya tanda-tanda awalnya, pertanda pembaruan pada paru mulai ada.


Bagaimana coronavirus serang paru-paru?


Sebetulnya, menganalisis keadaan paru pasien yang terkena coronavirus COVID-19 melalui CT scan belum cukup buat memutuskan, apa mereka positif atau mungkin tidak. Masih dibutuhkan factor yang lain untuk pastikan hal itu, seperti tanda-tanda, kisah medis, dan pemakaian alat tes khusus COVID-19.


Beberapa dari Anda kemungkinan bertanya, apa yang terjadi dalam tubuh saat virus yang seperti mahkota ini serang aliran pernafasan?


Babak pertama coronavirus serang paru

Sama seperti yang telah diterangkan awalnya, hampir semua pasien yang terkena coronavirus bermula dan usai di organ yang serupa, yakni paru-paru.


Jika sudah masuk ke badan, umumnya akan memunculkan tanda-tanda yang serupa dengan flu biasa, seperti demam, batuk, bersin, dan peluang mengakibatkan pneumonia.


Di saat infeksi virus baru masuk ke badan, coronavirus akan serang sel paru manusia. Sel paru-paru terdiri dari dua kelas, yakni menghasilkan lendir dan seperti tongkat rambut, yakni silia.


Jika lendir kotor ada pada tubuh, perannya tetap sama, yakni membuat perlindungan jaringan paru dari bakteri dan jaga kelembapan organ pernafasan. Disamping itu, sel silia berdetak disekitaran lendir untuk bersihkan serbuk sari dan virus.


Virus pada penyakit SARS bisa mengontaminasi dan membunuh sel silia. Selanjutnya, coronavirus akan isi paru-paru pasien dengan cairan. Karenanya, beberapa pakar menyangka keadaan yang serupa terjadi pada paru pasien coronavirus COVID-19 dan meningkatkan pneumonia.


Babak ke-2

Bila keadaan itu terjadi, badan akan bereaksi dengan aktifkan mekanisme imun dan isi paru dengan sel kebal. Sel ketahanan tubuh ini berperan untuk bersihkan kerusakan dan membenahi jaringan paru pasien coronavirus COVID-19.


Jika sel bekerja secara benar, proses menantang virus ini umumnya terjadi pada tempat yang cuman terkena. Tetapi, sering mekanisme imun manusia hancur dan sel itu malah bukan hanya membunuh virus, tetapi jaringan sehat yang berada di badan.


Mengakibatkan, pasien beresiko meningkatkan keadaan yang kronis, seperti virus atau cairan menutup paru-paru dan keadaan pneumonia juga lebih buruk.


Babak ke-3

Masuk ke babak ke-3 , keadaan paru pada pasien coronavirus (COVID-19) mulai lebih buruk. Kerusakan paru semakin meningkat dan beresiko mengakibatkan tidak berhasil napas.


Jika ketidakberhasilan pernafasan tidak mengakibatkan kematian, pasien umumnya cuman bisa bertahan hidup dengan kerusakan tetap pada paru.


Keadaan ini terjadi pada SARS. Virus SARS mengakibatkan lubang di paru-paru yang seperti sarang lebah, hingga beresiko terserang coronavirus baru.


Lubang dari virus itu kemungkinan ada karena ada tanggapan hiperaktif pada mekanisme ketahanan tubuh. Mekanisme ketahanan tubuh yang semestinya membuat perlindungan dan kencangkan paru-paru ini malah membuat lubang dan cedera pada organ pernafasan.


Bila keadaan ini terjadi, pasien perlu memakai ventilator supaya mereka dapat bernapas. Disamping itu, infeksi pada paru mengakibatkan membran di antara kantung udara dan pembuluh darah bisa ditembus. Mengakibatkan, paru-paru bisa berisi cairan dan peluang kandungan oksigen pada darah menyusut.


Keadaan paru yang semacam ini pasti bisa mengakibatkan pasien coronavirus COVID-19 mampet oleh cairan dan merepotkan mereka untuk bernapas sampai mengakibatkan kematian.


Sebetulnya, masih dibutuhkan riset selanjutnya ingat keadaan paru pada tiap pasien coronavirus COVID-19 berbeda. Ini karena ada sebagian orang yang alami tanda-tanda tidak berkaitan dengan pneumonia, hingga periset masih usaha cari tahu lebih dalam kembali.


Siaga, COVID-19 Dapat Menyebar Saat sebelum Tanda-tanda Ada


Keadaan paru pada pasien coronavirus COVID-19 yang lain


Pada intinya, keadaan paru pada pasien coronavirus COVID-19 mempunyai keserupaan, terhitung ke orang dewasa atau lanjut usia.


Keadaan itu bisa diperparah oleh kisah penyakit yang dialami oleh pasien. Dimulai dari diabetes, jantung, sampai masalah pada mekanisme pernafasan.


Sebagai contoh, beberapa remaja berumur 18 tahun tanpa mempunyai permasalahan kesehatan apa saja akan memiliki kemampuan paru tambahan yang tidak dipakai terkecuali sedang lari.


Bersamaan dengan pertambahan umur, peranan paru untuk memproses udara yang dihirup akan turun bahkan juga ke orang sehat. Karenanya, kemampuan tambahan itu akan lenyap saat telah tua, baik pada wanita atau pria yang lebih tua.


Ditambah lagi, bila Anda ialah seorang lanjut usia yang terkena COVID-19, virus akan penuhi paru saat peranan cadangan tak lagi berperan. Bahkan juga, peranan paru sesudah pulih dari COVID-19 juga kemungkinan tidak normal kembali.


Berikut beberapa keadaan paru pada pasien coronavirus COVID-19 selainnya orang dewasa dan lanjut usia.


1. Anak

Bukan hanya orang dewasa, anak-anak juga menjadi pasien coronavirus COVID-19 dan mempunyai keadaan paru yang memiliki masalah saat terkena.


Menurut riset dari jurnal Pediatrics, 1/2 dari anak-anak yang jalani riset alami tanda-tanda enteng. Dimulai dari demam, cepat capek, batuk kering, sampai mual dan diare.


Lebih satu pertiga, yakni sekitaran 39% anak meningkatkan keadaan yang dengan tanda-tanda tambahan, seperti pneumonia dan permasalahan paru-paru. Bahkan juga, mereka alami napas sesak yang tidak paham darimanakah hadirnya.


Ditambah lagi ada 125 anak, yakni sekitaran 6 %, yang alami keadaan yang lumayan serius dan salah satu mereka wafat karena infeksi coronavirus.


Kejadian ini kemungkinan bisa muncul karena anak-anak itu memiliki kisah permasalahan paru-paru yang bisa mengakibatkan tidak berhasil napas dan organ yang lain.


Walau begitu, angka kematian karena COVID-19 yang dirasakan oleh anak-anak lebih rendah dibanding orang dewasa dan lanjut usia. Ini kemungkinan karena anak-anak mempunyai paru-paru yang lebih sehat.


Ini, orang dewasa seringkali terkena pencemaran sepanjang hidup mereka, hingga saat terkena coronavirus beresiko meningkatkan keadaan yang kronis. Akibatnya karena pencemaran polusi itu juga bisa lemahkan mekanisme ketahanan tubuh dan percepat penuaan badan.


2. Perokok

Bukan rahasia kembali jika rokok sebagai salah satunya benda yang bisa menghancurkan peranan paru, ditambah lagi bila Anda ialah pasien positif coronavirus COVID-19.


Sebetulnya, telah banyak riset yang memperlihatkan jika perokok lebih beresiko meningkatkan kompleksitas yang kronis karena infeksi virus SARS-CoV-2. Ini karena rokok bisa menghancurkan paru, hingga lemahkan perannya sampai membuat tidak bekerja.


Sebagai contoh, paru menghasilkan lendir, tapi paru perokok hasilkan lendir semakin banyak dan tebal yang susah dibikin bersih dari organ pernafasan ini.


Mengakibatkan, lendir menutup paru serta lebih rawan pada infeksi. Disamping itu, rokok berpengaruh jelek pada mekanisme ketahanan tubuh dan membuat lebih susah menantang infeksi.


3. Penyandang diabetes

Untuk beberapa penyandang diabetes sebagai pasien positif COVID-19 kemungkinan telah diperingatkan berulang-kali mengenai keadaan badan mereka, khususnya peranan paru.


Riset awalnya menunjukkan jika ada sekitaran 25% orang yang berobat ke rumah sakit karena infeksi COVID-19 memiliki penyakit diabetes.


Pasien COVID-19 yang memiliki diabetes lebih mempunyai potensi alami kompleksitas serius sampai wafat karena virus. Salah satunya argumennya ialah kandungan gula darah yang tinggi mengakibatkan ketahanan badan menurun, hingga kurang sanggup menantang infeksi.


Ditambah lagi bila Anda mempunyai kisah penyakit diabetes dan penyakit jantung dan paru-paru. Disamping itu, penyandang diabetes yang terkena COVID-19 beresiko pada kompleksitas diabetes, seperti ketoasidosis diabetik (DKA). Keadaan ini bisa terjadi bila asam tingkat tinggi yang disebutkan keton menimbun pada darah.


Ini bisa mengakibatkan Anda kehilangan elektrolit yang membuat infeksi virus lebih susah dikontrol.


Penyembuhan yang ditempuh pasien

Sebetulnya hingga saat ini tidak ada beberapa obat yang dibikin khusus untuk menyembuhkan pasien positif coronavirus COVID-19, terhitung menjaga infeksi paru yang mereka alami.


Karenanya, pemerintahan setiap negara yang terkena berusaha untuk menggiatkan usaha menahan penyebaran COVID-19. Dalam pada itu, pasien yang telah diverifikasi menanggung derita COVID-19 kemungkinan akan dirawat dengan beragam sistem.


Sebagai contoh, pasien COVID-19 yang menanggung derita pneumonia kemungkinan membutuhkan perawatan di dalam rumah sakit. Dimulai dari oksigen, ventilator untuk menolong bernapas, sampai cairan intravena (IV) supaya pasien tidak dehidrasi.

Posting Komentar

0 Komentar